Sabtu, 08 Maret 2008

Pasal 34 UU KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)


Pasal 34 UU KUP mengatur tentang rahasia jabatan, baik pejabat maupun tenaga ahli dilarang meberitahukan data-data tentang Wajib Pajak kepada pihak lain yang tidak berkepentingan, kecuali untuk keperluan pengadilan. Hal tersebut menurut saya tidak terlalu sulit dilakukan. Tapi dalam rangka mematuhi aturan tersebut, saya yang berprofesi sebagai junior associate dalam sebuah kantor konsultan pajak harus memusnahkan setiap dokumen yang salah cetak agar tidak diketahui orang lain. Dalam 2 minggu terakhir ini saya menghabiskan hampir 5 rim kertas F4 untuk mencetak SPT Masa PPh pasal 23 satu klien saja. Yang apabila dalam mencetak tidak ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak, sebenarnya cukup menghabiskan 1 rim saja. Dan kertas yang telah salah cetak tersebut harus segera dirobek atau dihancurkan menggunakan slider. Bayangkan ada berapa puluh Tax Consultant Firm yang menghabiskan ribuan atau ratusan ribu kertas dalam tiap tahunnya.

Apa relevansinya bagi Indonesia? Ada sebuah pemikiran konyol dari saya yaitu secara tidak langsung dalam menjaga rahasia jabatan tersebut pejabat yang bersangkutan turut mendukung proses deforestasi hutan-hutan Indonesia. Saya pun turut berperan dalam deforestasi hutan tersebut. Sangat disayangkan Indonesia yang memiliki potensi alam yang sedemikian hebatnya harus kehilangan hutan akibat dari ketamakan cukong kayu, keserakahan kaum penguasa, dan juga kebodohan pejabat atau konsultan pajak yang tidak teliti.

Sedih rasanya setiap kali saya pulang ke kampung halaman di Banjarmasin (Kalimantan Selatan) ketika memandang dari atas langit selalu saja bertambah lahan-lahan gundul yang muncul setiap tahunnya. Apakah tidak ada tindakan yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencegahnya? Menurut saya tanpa adanya komitmen dari masing-masing indivdu tidak aka ada perubahan yang berarti. Mendengar sebuah lirik lagu dari SLANK yaitu bila aku jadi presiden akan kubeli surat HPH dan aku bakar supaya tidak ada izin untuk membabat dan hutanku pun tetap lebat. Kawan yang kita butuhkan adalah sebuah revolusi untuk mendapatkan sebuah resolusi kehidupan.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

stuju banget gw..
ga kbayang aja klo kantor2 ga ngedukung gerakan penghijauan dunia yg lg gencar2nya dlaksanain sm sluruh warga dunia..sama aja dodol..alias NATO (no action talk only!)
tp coba perhatiin deh kantor lo pake kertas merk apa, skrg jg udh ada pabrik kertas yg udh ngedukung gerakan penghijauan hutan itu..klo ga salah gw pernah baca pas gw mw beli kertas di gramedia ada iklan merk PAPERONE yg nyebutin klo pabrik mereka mendukung penghijauan..jd lbh ramah lingkungan..gw bukannya mau iklan ato promosi gratis dsini,tp kesadaran yg dmulai dr diri sndiri jg sebisa mungkin dtularin ke lingkungan skitar qt looh..
so..drpd stiap kali masukin kertas bekas yg berisi 'rahasia jabatan' itu ke shreder malah guilty feeling mendingan ajuin ke bagian HRD bwt ganti kertas2 itu pk kertas yg ramah lingkungan.

LET'S GO GREEN..
xoxo,

cefer mengatakan...

yah itulah, saya bingung sampai skr indonesia belum menempatkan penggunaan teknologi informasi sebagai sarana dalam setiap pemerintahan, kalau masih buang2 kertas kek gitu haduuuh Kuno bgt dah!!!